Lompat ke isi

Gas air mata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gas air mata digunakan di Prancis tahun 2007
Tabung gas air mata meledak di udara di Yunani

Gas air mata, gas pemedih mata, atau gas pemerih mata, juga dikenal sebagai bahan lakrimator atau lakrimator (dari bahasa Latin lacrima, berarti "air mata") adalah senjata kimia yang merangsang saraf kelenjar air mata di mata untuk mengeluarkan air mata. Selain itu, gas ini dapat menyebabkan nyeri parah pada mata dan pernapasan, iritasi kulit, perdarahan, dan kebutaan. Lakrimator yang umum, baik yang saat ini maupun yang dahulu digunakan sebagai gas air mata antara lain semprotan merica (gas OC), semprotan PAVA (nonivamida), gas CS, gas CR, gas CN (fenasil klorida), bromoaseton, xilil bromida, dan Mace (merek semprotan).

Meskipun bahan lakrimator biasanya digunakan oleh penegak hukum dan personel militer untuk mengendalikan kerusuhan, penggunaannya dalam peperangan dilarang menurut berbagai perjanjian internasional.[NB 1] Selama Perang Dunia I, penggunaan bahan lakrimator yang beracun dan mematikan semakin meningkat.

Efek jangka panjang dan jangka pendek gas air mata belum dikaji dengan baik. Bahan bacaan yang diterbitkan melalui tinjauan sejawat terdiri atas bukti bermutu rendah yang tidak membuktikan hubungan sebab dan akibat. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian yang lebih teliti.[1] Paparan bahan gas air mata dapat menimbulkan efek kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, termasuk berkembangnya penyakit pernapasan, cedera dan penyakit mata yang parah (seperti neuropati optik traumatis, keratitis, glaukoma, dan katarak), dermatitis, kerusakan sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan gastrointestinal (lambung dan usus), serta kematian, terutama pada kasus dengan paparan gas air mata kepekatan tinggi atau penggunaan gas air mata di ruang tertutup.[2]

2-klorobenzalmalononitril adalah bahan aktif dalam gas CS.

Meski bernama gas, gas air mata biasanya terdiri dari campuran aerosol, seperti bromoaseton dan metilbenzil bromida, bukan gas.[3] Gas air mata bekerja dengan membuat iritasi membran mukus pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Ia menyebabkan tangis, bersin, batuk, kesulitan bernapas, nyeri di mata, dan buta sementara. Dengan gas CS, gejala iritasi biasa muncul setelah paparan selama 20 hingga 60 detik[4] dan sembuh setelah 30 menit sejak meninggalkan tempat penyemprotan gas.

Sebagai senjata tak mematikan atau kurang mematikan, ada risiko cedera serius permanen atau kematian ketika gas air mata dipakai.[3][5][6] Ini termasuk risiko terpukul oleh wadah gas air mata yang dapat menyebabkan lecet, kehilangan penglihatan, atau patah tulang kepala (tengkorak) yang menyebabkan kematian.[7] Kasus cedera pembuluh darah serius yang disebabkan oleh wadah gas air mata juga dilaporkan di Iran dengan cedera saraf (44%) dan amputasi (17%)[8] serta juga cedera kepala pada anak-anak.[9]

Meski dampak gas air mata sendiri biasanya hanya peradangan kulit ringan, komplikasi tertunda juga mungkin terjadi. Para pengidap penyakit pernapasan, seperti asma, berisiko tinggi. Mereka sangat mungkin butuh pertolongan medis[4] dan terkadang butuh dibawa ke rumah sakit, bahkan harus memakai dukungan ventilasi.[10] Paparan kulit terhadap gas CS dapat menyebabkan luka bakar kimia[11] atau memicu alergi pada kulit.[4][12] Ketika orang-orang terkena dalam jarak dekat atau terpapar parah, cedera mata seperti tercakarnya kornea dapat menyebabkan kehilangan ketajaman penglihatan permanen.[13] Paparan tinggi atau frekuensi tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan.[3]

Penanganan kerusuhan

[sunting | sunting sumber]

Perlawanan balik

[sunting | sunting sumber]

Penanganan

[sunting | sunting sumber]
Seorang paramedis menangani pengunjuk rasa ketika unjuk rasa Venezuela 2014

Belum ada penawar khusus untuk gas air mata umum.[4][14] Pergi dari daerah terpapar gas ke tempat berudara segar adalah pertolongan pertama.[4] Melepas pakaian yang terpapar dan menghindari pemakaian handuk bersama dapat mengurangi reaksi kulit.[15] Langsung melepas lensa kontak juga disarankan karena ia dapat ditempeli partikel.[14][15]

Ketika seseorang telah terpapar, ada beragam cara untuk menghilangkan zat kimia sebanyak mungkin dan meredakan gejala.[4] Pertolongan pertama untuk rasa terbakar pada mata adalah irigasi (menyemprot atau membilas) dengan air untuk membuang zat kimianya.[4][16] Meski ada laporan bahwa air dapat menambah nyeri dari gas CS, bukti-bukti tersebut masih lemah sehingga air atau larutan garam adalah pilihan yang baik.[10][14][17]

Mandi dan menggosok seluruh tubuh dengan sabun dan air dapat menghilangkan partikel yang melekat pada kulit. Pakaian, sepatu, dan aksesoris yang terkena uapnya harus dicuci bersih karena partikel yang melekat dapat tetap aktif selama sepekan.[18] Beberapa menyarankan penggunaan kipas dan pengering rambut untuk menguapkan semprotan. Namun, belum dibuktikan bahwa hal itu lebih baik daripada membilas mata dan malah bisa memperluas kontaminasi.[14]

Analgesik oral (obat minum) dapat meredakan nyeri mata.[14]

Perawatan rumahan

[sunting | sunting sumber]

Cuka, petrolatum (jeli minyak bumi), susu, dan jus lemon juga telah dipakai oleh para aktivis.[19][20][21][22] Belum jelas kemanjurannya karena cuka dapat membakar mata dan dapat membuat iritasi pernapasan bila dihirup terlalu lama.[23] Meski minyak nabati dan cuka dilaporkan membantu meredakan sensasi terbakar oleh semprot merica,[15] Kräuter menyarankan penggunaan soda kue atau pasta gigi dengan alasan bahwa zat-zat tersebut menangkap partikel-partikel dari gas-gas yang berada di dekat jalur pernapasan agar tidak terhirup.[24] Pengujian kecil tentang penggunaan sampo untuk membilas mata tidak memberi manfaat apa pun.[14]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Rothenberg 2016
  3. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Rothenberg2016
  4. ^ a b c d e f g Schep, L. J., Slaughter, R. J., McBride, D. I. (Juni 2015). "Riot control agents: the tear gases CN, CS and OC-a medical review". Journal of the Royal Army Medical Corps. 161 (2): 94–99. doi:10.1136/jramc-2013-000165alt=Dapat diakses gratis. PMID 24379300. 
  5. ^ Heinrich, U. (September 2000). "Possible lethal effects of CS tear gas on Branch Davidians during the FBI raid on the Mount Carmel compound near Waco, Texas" (PDF). Prepared for The Office of Special Counsel John C. Danforth. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2014-12-25. Diakses tanggal 2020-10-07. 
  6. ^ Hu, H., Fine, J., Epstein, P., Kelsey, K., Reynolds, P., Walker, B. (Agustus 1989). "Tear gas—harassing agent or toxic chemical weapon?" (PDF). JAMA. 262 (5): 660–663. doi:10.1001/jama.1989.03430050076030. PMID 2501523. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 29 Oktober 2013. 
  7. ^ Clarot, F., Vaz, E., Papin, F., Clin, B., Vicomte, C., Proust, B. (Oktober 2003). "Lethal head injury due to tear-gas cartridge gunshots". Forensic Science International. 137 (1): 45–51. doi:10.1016/S0379-0738(03)00282-2. PMID 14550613. 
  8. ^ Wani, M. L., Ahangar, A. G., Lone, G. N., Singh, S., Dar, A. M., Bhat, M. A., Ashraf, H. Z., Irshad, I. (Maret 2011). "Vascular injuries caused by tear gas shells: surgical challenge and outcome". Iranian Journal of Medical Sciences. 36 (1): 14–17. PMC 3559117alt=Dapat diakses gratis. PMID 23365472. 
  9. ^ Wani, A. A., Zargar, J., Ramzan, A. U., Malik, N. K., Qayoom, A., Kirmani, A. R., Nizami, F. A., Wani MA (2010). "Head injury caused by tear gas cartridge in teenage population". Pediatric Neurosurgery. 46 (1): 25–28. doi:10.1159/000314054. PMID 20453560. 
  10. ^ a b Carron, P. N. dan Yersin, B. (Juni 2009). "Management of the effects of exposure to tear gas". BMJ. 338: b2283. doi:10.1136/bmj.b2283. PMID 19542106. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-09. Diakses tanggal 2020-10-07. 
  11. ^ Worthington, E. dan Nee, P. A. (Mei 1999). "CS exposure—clinical effects and management". Journal of Accident & Emergency Medicine. 16 (3): 168–170. doi:10.1136/emj.16.3.168. PMC 1343325alt=Dapat diakses gratis. PMID 10353039. 
  12. ^ Smith, J. dan Greaves, I. (Maret 2002). "The use of chemical incapacitant sprays: a review" (PDF). The Journal of Trauma. 52 (3): 595–600. doi:10.1097/00005373-200203000-00036. PMID 11901348. [pranala nonaktif permanen]
  13. ^ Oksala, A. dan Salminen, L. (Desember 1975). "Eye injuries caused by tear-gas hand weapons". Acta Ophthalmologica. 53 (6): 908–913. doi:10.1111/j.1755-3768.1975.tb00410.x. PMID 1108587. 
  14. ^ a b c d e f Kim, Y. J., Payal, A. R., Daly, M. K. (2016). "Effects of tear gases on the eye". Survey of Ophthalmology. 61 (4): 434–442. doi:10.1016/j.survophthal.2016.01.002. PMID 26808721. 
  15. ^ a b c Yeung, M. F. dan Tang, W. Y. (Desember 2015). "Clinicopathological effects of pepper (oleoresin capsicum) spray". Hong Kong Medical Journal. 21 (6): 542–552. doi:10.12809/hkmj154691alt=Dapat diakses gratis. PMID 26554271. 
  16. ^ Chau, J. P., Lee, D. T., dan Lo, S. H. (Agustus 2012). "A systematic review of methods of eye irrigation for adults and children with ocular chemical burns". Worldviews on Evidence-Based Nursing. 9 (3): 129–138. doi:10.1111/j.1741-6787.2011.00220.x. PMID 21649853. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-29. Diakses tanggal 2020-10-09. 
  17. ^ Brvar, M. (Februari 2016). "Chlorobenzylidene malononitrile tear gas exposure: Rinsing with amphoteric, hypertonic, and chelating solution". Human & Experimental Toxicology. 35 (2): 213–218. doi:10.1177/0960327115578866. PMID 25805600. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-29. Diakses tanggal 2020-10-09. 
  18. ^ "Who, What, Why: How dangerous is tear gas?". BBC. 25 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-07. Diakses tanggal 31 Mei 2017. 
  19. ^ Agence France-Press. "Tear gas and lemon juice in the battle for Taksim Square". NDTV. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-17. Diakses tanggal 23 Juni 2013. 
  20. ^ Doyle, Megan (24 Juni 2013). "Turks in Pittsburgh concerned for their nation". Pittsburgh Post-Gazette. 
  21. ^ Arango, Tim (15 Juni 2013). "Police Storm Park in Istanbul, Setting Off a Night of Chaos". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-05. Diakses tanggal 2020-10-09. 
  22. ^ Hughes, Gareth (25 Juni 2013). "Denbigh man tear gassed". The Free Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-28. Diakses tanggal 2020-10-09. 
  23. ^ "Vinegar EHS". Toxics Use Reduction Institute, UMAss Lowell. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-24. Diakses tanggal 22 Juni 2013. 
  24. ^ "Prof USB Mónica Kräuter, Cómo reaccionar ante las bombas lacrimógenas". Tururutururu (dalam bahasa Spanyol). 26 Mei 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-28. Diakses tanggal 1 November 2017. 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "NB", tapi tidak ditemukan tag <references group="NB"/> yang berkaitan