Lompat ke isi

Birokrasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris dari bureau dan cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada di tingkat bawah dari tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya sipil maupun militer.

Denis H. Wrong menjelakan ciri mendasar organisasi birokratik adalah setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya dideskripsikan dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur ketat . Ciri lainnya adalah biasanya terdapat banyak formulir yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang harus dilakukan sesuai dengan hierarki kekuasaan. Adanya hubungan impersonal antar anggota organisasi.[1]


Konsep birokrasi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom bernama Vincent de Gournay (1712-1759). Pemikiran Gournay kemudian dikembangkan oleh John Stuart Mill dan Gaetano Mosca. Konsep birokrasi secara lengkap dan rinci dikemukakan oleh Max Weber.[2]

Ciri-ciri Birokrasi

[sunting | sunting sumber]

Ciri-ciri birokrasi menurut Max Weber adalah:

  • Jabatan administratif yang terorganisasi/tersusun secara hierarkis (Administratice offices are organized hierarchically).
  • Setiap jabatan mempunyai wilayah kompetensinya sendiri (Each office has its own area of competence).
  • Pegawai negeri ditentukan, tidak dipilih, berdasarkan pada kualifikasi teknik yang ditunjukan dengan ijazah atau ujian (Civil

servants are appointed, not electe, on the basis of technical qualifications as determined by diplomas or examination).

  • Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya (Civil servants receive fixed salaries according

to rank).

  • Pegawai negeri menjadi pekerjaan tunggal atau setidaknya, pekerjaan utama (The job is a career and the sole, or at least primary, employment of the civil servant).
  • Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri (The official does not own his or her office).
  • Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan (the official is subject to control and discipline).
  • Promosi didasarkan pada pertimbangan mereka yang kedudukannya lebih tinggi (Promotion is based on superiors judgement).

Karakteristik birokrasi dan indikator negara maju dan berkembang

[sunting | sunting sumber]

Karakteristik yang ideal dari birokrasi yang ditulis Max Weber antara lain[1]:

  • Kerja yang ketat pada peraturan (rule)
  • Tugas yang khusus (specialisasi)
  • Kaku dan sederhana (zakelijk)
  • Penyelenggaraan yang resmi (formal)
  • Pengaturan dari atas ke bawah (heirarchi)
  • Berdasarkan logika (rational)
  • Tersentralistis (otorithy)
  • Taat dan patuh (obedience)
  • Disiplin (dicipline)
  • Terstruktur (sistematic)
  • Tanpa pandang bulu (impersonal).

Terdapat indikator yang memperlihatkan perbedaan antara negara maju dan negara berkembang, yaitu:

Indikator kuantitatif (data yang dapat dihitung)
  • Pendapatan perkapita
  • Jumlah dan kepadatan penduduk
  • Tingkat pertumbuhan penduduk
  • Angka beban tanggungan
  • Usia harapan hidup
  • Pendapatan perkapita
Indikator kualitatif (data yang hanya dapat dibandingkan)
  • Etos kerja dan pola pikir
  • Tingkat kesehatan
  • Tingkat pendidikan
  • Pendapatan
  • Mata pencaharian
  • Kesadaran hukum

Weber juga mengkritik beberapa sifat yang hanya dimiliki oleh birokrasi. Beberapa kritik sebagai berikut:

  • Kegagalan menentukan wewenang dan tanggungjawab secara terbuka
  • Peraturan yang bersifat rutin dan kaku
  • Kebodohan para pegawai
  • Gerakan pegawaiyang lambat
  • Prosedur dan proses yang berbelit-belit
  • Pemborosan sumber (tidak efisien)

Tiga Tipe Ideal Birokrasi menurut Max Weber

[sunting | sunting sumber]

Otorita Tradisional

[sunting | sunting sumber]

Otorita ini menggunakan pola pengawasan birokrasi yang berlaku di masa lampau sekaligus yang berlaku di masa kini. Yang mewajibkan menyerahkan loyalitas pribadi kepada kepala divisi yang sedang menjabat. Otorita ini tidak memperkenankan adanya perubahan yang signifikan, karena perubahan birokrasi tersebut akan meggerogoti legitimasi pemimpin yang ada.[1]

Otorita Kharismatik

[sunting | sunting sumber]

Otorita ini muncul karena pengabdian para masyarakat kepada pemimpinnya yang memiliki keistimewaan. Kedudukan pemimpin yang diistimewakan ini terlepas dari aturan-aturan tradisional yang mewajibkan menganut pakem tertentu. Model birokrasi ini terlepas dari aturan-aturan hukum yang ada, karena para pengikutnya mempercayai konsep tertentu yang tidak berlandaskan hukum sebelumnya dalam melakukan penghambaan. Model otorita ini merupakan pengecualian dari keteraturan rutin yang berlaku sebelumnya.[1]

[sunting | sunting sumber]

Kepatuhan model birokrasi ini yang disebut oleh Weber sebagai Otorita Modern. Model birokrasi ini terjadi baru-baru ini setelah terjadinya revolusi industri. Dimana pengikut dapat melaksanakan otorita atas dasar aturan dan juga rasionalitas. Tidak peduli siapa sosok yang memimpin, sepanjang perintah yang diberikan sesuai dengan aturan dan rasional. Aturan tersebut dapat diubah mengikuti perkembangan jaman, asalkan menganut asas rasionalitas yang disepakati pihak yang bekerja dalam otorita tersebut.[1]

Birokrasi dalam bisnis

[sunting | sunting sumber]

Dalam dunia bisnis, birokrasi ditandai dengan banyaknya lapisan-lapisan manajemen dalam struktur sebuah perusahaan. Dalam kondisi lingkungan bisnis yang kompleks, birokrasi sering kali tak terhindarkan.[3]

Birokrasi membantu perusahaan untuk bergerak secara terstruktur dengan batasan otoritas yang jelas dan pekerjaan yang terstandardisasi. Birokrasi memungkinkan perusahaan untuk bekerja secara efisien dalam skala besar.[3]

Birokrasi rendah biasanya ada di perusahaan rintisan (startup). Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan untuk bersaing akan mendorong lahirnya lapisan-lapisan baru dan akhirnya meningkatkan birokrasi di perusahaan rintisan tersebut.[3]

Di sisi lain, tingkat birokrasi yang terlalu tinggi dalam bisnis mendapatkan banyak kritik. Doug McMillon, CEO Walmart, mengatakan bahwa birokrasi adalah seorang musuh yang harus dihadapi. Sementara itu, Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, menyebut birokrasi sebagai sebuah penyakit. HBR menyampaikan bahwa birokrasi dapat mengurangi inisiatif, menghalangi pengambilan risiko, dan menghancurkan kreativitas.[3]

Beberapa model diterapkan untuk mengurangi birokrasi, khususnya pada perusahaan besar. Salah satunya adalah model microenterprise yang diterapkan oleh Haier di Qingdao, Tiongkok.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e mufiz, ali (agustus 2023). Pengantar Ilmu Administrasi Negara. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 5.13. ISBN 978-623-480-751-6. 
  2. ^ Rahman, M. T. (2011). Glosari Teori Sosial (PDF). Bandung: Ibnu Sina Press. hlm. 10. ISBN 978-602-99802-0-2. 
  3. ^ a b c d e http://resources.magappzine.com/feeds/production/comboapp/537/media/28166/77a9f272-7503-44d3-8a3b-c9290edb0638.html

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]